Jatidiri Wanita Muslimah (Resume 1)



Yogyakarta, 19 Maret 2018
bismillahirrahmanirrahim...
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh


selamat datang di blog vegia vanadya..

hari ini memang sengaja saya tuliskan khusus untuk menjadi pengingat diri saya sendiri.

saya ingin hari ini menjadi saksi bahwa saya tetap harus menulis apapun itu..

saya harus mulai membiasakan diri saya untuk mencatat setiap apa yang ingin saya pikirkan..

mungkin bisa diakatakan saya bukanlah orang yang konsisten dalam menulis ya dalam bahasa agamnya biasanya disebut dengan istiqomah,hehe.. Tapi jujur saja menulis adalah hal yang paling saya senangi setelah tidur dan makan. Karena ketika saya menulis saya lebih percaya diri untuk menyampaikan apa yang sedang saya pikirkan.. saya bukanlah orang yang pandai berdialektika dihadapan orang banyak, terkadang apa yang ingin saya sampaikan tidak sesuai dengan bahasa yang saya gunakan, karena itu saya lebih senang menulis.. karena pesan yang ada di dalam saraf otak saya lebih mudah dituangkan..

Oh iya, sebenarnya tulisan ini hanya berisi tentang penulis, penulis yang malas seperti saya memang harus punya catatan seperti ini biar ketika dibaca dia akan malu sendiri melihat target yang pernah ia buat.. hu, susah untuk dijelaskan sebenarnya, yang jelas saya ingin menulis saja apapun itu. Saya ingin menjadikan tulisan ini sebagai tolak ukur perkembangan diri saya yang malas sekali ini, terlebih lagi membaca buku, tapi semoga saja sekarang kebiasaan buruk itu perlahan pergi dari saya dengan cara ini  meskipun secara perlahan..



oh iya terlalu meleber kemana mana sampai lupa poin dari tulisan saya malam ini, jadi untuk pertamakali ini saya ingin sedikit meresume buku yang saya baca hari ini, meskipun tidak banyak. ya paling tidak saya mendapat pelajaran dari buku tersebut. Nah, saya mulai ya..



Judul Buku : Jati Diri Wanita Muslimah

Pengarang : Muhammad Ali Al-Hasyimi

Penerjamah : M Abdul Ghoffar

Penyunting: Hadi Nurkholis

Penerbit :Al-Kautsar

Tahun terbit: 1997

Kota Terbit: Jakarta



Buku ini diterbitkan pada tahun kelahiran saya. Jadi sekitar 5 hari yang lalu selepas pulang kuliah, saya sengaja berkunjung keperpustakaan kampus, dan mungkin ketika saya menemukan buku dengan judul Jati Diri Wanita Muslimah bukanlah ketidaksengajaan yang tanpa makna, melainkan Allah lah yang memberi petunjuk agar saya membaca buku itu ( Bismiillah belajar berpikir positif ya, hehe). Belum lama saya membaca buku tersebut, baru pada bab pertama “Wanita Bersama Rabbnya” dengan subbab “Mukminnah yang Senantiasa Sadar” sepertinya saya sudah menemukan beberapa pelajaran yang memang menjadi poin penting dari sebagian kecil buku ini dan tentu menjadi motivasi tersendiri untuk saya. Pertama, terdapat satu hal yang membedakan wanita muslimah yakni imannya. Seorang wanita yang memiliki iman yang dalam terhadap Rabb nya, maka dia akan senantiasa berpikir positif terhadap apa yang ia kerjakan meskipun ketika ia sedang tertimpa sebuah kesalahan atau musibah sekalipun, maka ia akan jadikan itu sebagai ujian untuk meningkatkan keimannya sehingga hal tersebut  menjadikan dia pribadi yang lebih kuat dan pula baik dari sbelumnya. Kedua, dijelaskan pula beberapa tokoh wanita muslimah yang senantiasa dekat dengan Rabbnya dan wanita telah diberikan kebahagian yang luar biasa dari Allah SWT,diambil dari kisah Hajar yakni istri nabi Ibrahim yang selalu bertawakal kepada Allah dan meyakini bahwa Allah selalu bersamanya, maka Allah bemar selalu bersamanya  dan memberikan lebih dari yang ia inginkan. Pula seorang gadis penjual susu yang pada masa itu hidup pada zaman Amirul-Mukminin, dia adalah gadis yang sangat tulus dengan niat baiknya, maka Allahpun membalas niat baik itu dengan memberikan sebaik baik imam untuknya. Ketiga, dikatakan pula bahwa akidah yang tulus dari seorang wanita akan senaniasa membawanya kepada kebaikan kebaikan lainnya.



Dari poin poin tersebut, maka yang bisa saya simpulkan bahwa saat ini yang perlu seorang wanita muslimah lakukan adalah sadar, bahwa setiap apa yang dilakukan akan selalu menjadi guru bagi dirinya. Tak ada hal sekecil apapun itu yang bisa membuatnya luka ketika ia selalu berpikir positif dan bertawakal kepada Allah. Sebaik baik jalan, adalah jalan yang lurus, maka tak ada salahnya untuk memulai hal yang baik, sekecil apapu itu.

Insyaallah resume ini berlanjut...





Salam Penulis



Vegia Vanadya




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketika Aku Mengira Kau adalah Jodohku

Sepenggal Diri

Karena Jodoh takkan Pernah Terduga