Sepenggal Diri

Sepenggal Diri
Oleh: Vegia Vanadya



Tidakkah kita tau bahwa masing masing atas apa yang ada pada diri ini telah menjelma seperti jangka masa yang setia menjadi teman  hingga berada pada titik ini..
Lalu, sudahkan bersyukur atas itu?

***
Apa kabar asa dan cita ?
Hmm, masih dalam ambang yang sukar di padang mata...
Sudahkah kau bahagia tanpa mereka?
Ntahlah, ku rasa ilalang dalam belukar telah menelan sebagiannya...
Aku bukan lain adalah tanah yang tak ada warna...
Ku penggal jasad hingga ia hilang tanpa terka...

***
Wahai diri dalam sepenggal hati...
kau hanya pandai berkeluh kesah...
Padahal bukankah  kau hanya lelah ?

***
Mari berhenti dan menepi...
Meskipun sebagian hati mungkin telah mati, Percayalah ia takkan roboh karena ia tercipta atas janji dengan Ilahi..

***
Lalu atas apa yang telah menimpa diri...
Mari lantunkan syair terima dan kasih...
terima atas apa yang sudah Tuhan beri...
dan kasih terhadap nikmat yang datang tanpa henti..

Untuk itu...
Terimakasih kepada mata yang sudah memandang dengan luas...
Kepada tangan yang telah menulis kata tanpa batas...
Dan kepada kedua kaki yang tak hentinya berlajan dengan kerja keras...

Ibarat langit dan bumi...
Ia silih berganti dari siang menjadi malam hari...
Pun diri dan hati...
Wajar saja datang perih yang menyisakan lirih..
Namun, itulah tugas diri memulihkan hati agar kembali berarti...

***
Terakhir saatnya kembali setelah berhenti...
Terlahirlah sebagai sepenggal diri dalam asa yang pulih...

Jangan lupa, berjalanlah meski batu kerikil tak henti menjadi alas dan hujan sesekali membasahi kertas...

Tidak ada yang percuma, ketika usaha tergenggam di atas tangan yang terbuka...
Semoga saja asa dan cita bukan hanya sekedar doa...
Bersamanya mari memberi benih agar hati selalu kokoh dan jiwa tak mudah roboh..

Wahai asa pada sepenggal diri...

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketika Aku Mengira Kau adalah Jodohku

Karena Jodoh takkan Pernah Terduga