Masih pada Rindu yang Sama

Sajak Sajak Malamku 
( Masih pada Rindu yang Sama)


Izinkan aku tuk menulis sajak  yang tiba tiba saja berbisik agar aku tak menolak berdialog dengan malam yang tak begitu panjang ini..

Begitu lantang tertulis untukmu  yang pernah menyapa dan pernah menyisakan suka..
Aku tak terlalu berharap kau datang setelah kau membacanya..

 Hanya saja kau perlu tau bahwa sejak kau menyapa kala itu, hal itu menjadi perbincangaku dengan Tuhanku ..

Lalu, jika kau ingin tau apa aku bahagia dengan situasi seperti in ?
Tentu saja ..

karena bagaimanapun aku bisa bahagia dengan hanya menulis semua tentangmu dalam sajak sajak malamku meski kau tak lagi menyapaku..

Dan ntah mengapa hal itu bukan menjadi alasanku untuk tak bahagia..

Kau membuatku semakin  yakin bahwa kau  memang pantas diperbincangkan ..


”Semilir angin terasa menyatu tepat pada jarum jam yang kaku..

Ku sapa kembali hati yang begitu rusuh bersama rindu yang dingin membeku..

Di sudut sudut bukitpun tampak benang yang terhempas kusut tak bisa menyatu..

Ntah, akupun tak begitu paham wujud itu..

Lalu apa yang telah tertulis..

Ntahlah, mungkin hanya  sepucuk  suara hati saja yang sedang menyapa sejuknya rembulan..

Atau mungkin memang sekeping kerinduan yang telah menyisakan debu dan  mencoba menarik panah tepat pada rasa rindu itu..

Gemuruh pada selah selah kalbupun seakan tampak pilu..
Akankah kerikil krikil itu kembali tuk menyeru..

Atau mungkin hanya sekedar singgah pada hilir yang tak berujung..

Lagi lagi hanya aku saja yang paham..

Dan lagi lagi adalah tentangmu..

Ntah mengapa jemari ini seakan tak kenal lelah menyapa rindu pada ruang waktu..

Sampai suatu ketika kutemukan kunang kunangpun tertegun tertawa kecil melihat tingkahku..
Andai saja engkau adalah angin..

Mungkin aku takkan berlabuh pada dermaga  hening tanpa lampu yang menunggu..
Atau paling tidak kau adalah sebuah jembatan ..

Mungkin aku hanya butuh sedikit waktu  tuk mengkis semu pada ruang ruang memoriku..
Dan ternyata  kau bukan dari kedua itu..

Kau datang dengan alur yang berbeda dari pada umumnya yang akupun  tak begitu pandai tuk menebak peran di dalamnya..

Sepertinya, menulis tentangmu memang telah menjadi caraku berdamai tuk menyambutmu dalam suka dan melepasmu dengan cara yang dewasa..

Tak bisa teringkari pula jika memang perkanalan yang pernah tetutur  kala itu menyisakan rasa rindu yang tak kunjung reda..

Itulah yang sampai saat ini belum bisa ku tata sejak kau menyapa…  


Namun, bagaimanapun yang harus kulakukan adalah tersenyum seakan  tak pernah tersentuh pada kasih yang syahdu"

Komentar

  1. Assalamu'alaikum.
    Kata2 nya menyentuh qolbun. Izin copas😊🙏

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketika Aku Mengira Kau adalah Jodohku

Sepenggal Diri

Karena Jodoh takkan Pernah Terduga