Hujan ( karena Aku tak Ingin Libatkan Engkau)

2 Februari 2016

Hujan 
( karena Aku tak Ingin Libatkan Engkau )
by : Vegia Vanadya



24 Januari 2010

“Seuntai cerita mungkin tak akan lebih indah dari sepucuk rasa…
Sekeping rindu pun takkan lebih berharga dari sandaran sujud..
Sungguh, Dia pemberi cinta dan mendatangkan kedamaian..
Mana mungkin angin bisa berbohong pada hujan..
Mana mungkin embun enggan menyapa senja..
Sedang malam tak kunjung lelah berlabuh pada semilir pagi nan syahdu..”


Ku tulis kembali kalimat rinduku.. Jika dia menyisakan  jenuh, maka kau boleh tuk sekedar  diamkan saja..

Karena dia akan tenggalam bersama fajar yang akan datang esok pagi..

Aku juga tak paham mengapa waktu itu hujan seakan membenciku.. sehingga bola mataku berlinang begitu saja..

Sekujur tubuh terasa kaku tak kuasa tuk berlari..

Iya, aku benar benar tak tau arah lagi..



Kala yang membuatku begitu kalut, hingga ku pilih tuk mengirimkan surat itu..

Huruf yang berkali kali ku tulis ku hapus kembali hingga jariku terasa kaku untuk menulis dari awal lagi..

Seperti yang kuharapkan di awal waktu, pesan itu sampai pada deringan ponsel..

Tak tau apakah kau menganggap aku benar benar duka kala itu..

Atau malah seperti semilir angin yang sedang melintas meminta gurau ..



Terhitung detik kucoba mengeja kalimat dalam pesan itu..

Jujur saja kala itu ketakutan yang menimpa tiba tiba saja  hilang bersama pesan yang datang ..

Dan perlahan pula tenang untuk sekejab..


Namun benar, itu hanya beberapa waktu saja..

Hingga saat itu rasa bimbang mengampiriku seiring raga yang mulai melemah..

Seketika ruang ruang kalbuku berbisik bahwa  aku tak boleh menjadi penghalang .

Bukankah kau sedang berjuang untuk dapat melintasi jembatan  berduri yang pernah kau kisahkan kepadaku, yang jika aku memanggilmu maka akan sulit untukmu  berjalan di atasnya..

Sekali lagi, ku urungkan niatku..

Dan ku pilih untuk perlahan berdiri sendiri dibawah derainya hujan..



Jarum  yang terus memutar waktu lambat laun menyaksikanku di antara beringin yang sama sekali tak ku kenali..

Namun setidaknya aku tetap bisa tenang meski beratap kan  hujan ..

Ku lihat semut semut kecil yang melintas dihadapanku dapat berjalan tegak seakan memberi isyarat agar aku juga bisa sekuat mereka, bahkan lebih..

Meski tak bisa setangguh Khadijah bahkan setegar Aisyah, setidaknya aku tak boleh memperlihatkan bahwa aku sedang tak berdaya kala itu..

Kesendirian pun bukan menjadi alasan untuk tak bisa melawan rasa takut yang datang..

Hanya saja waktulah yang sebenarnya kata kunci agar kalbu dan raga saling berdamai bukan saling memberontak..

Hingga, diakhir cerita aku tetap memilih untuk berjalan perlahan bersama rindu menderu seriring dengan hujan dan berharap pelangi akan menyambut..

Meski ku tau rindu ini takkan pernah sampai..



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketika Aku Mengira Kau adalah Jodohku

Sepenggal Diri

Karena Jodoh takkan Pernah Terduga